BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Konsep bahwa materi terdiri
dari satuan-satuan terpisah yang tidak dapat dibagi lagi menjadi satuan yang
lebih kecil telah ada selama satu milenium. Namun, pemikiran tersebut
masihlah bersifat abstrak dan filosofis, daripada berdasarkan pengamatan empiris dan eksperimen. Secara filosofis,
deskripsi sifat-sifat atom bervariasi tergantung pada budaya dan aliran
filosofi tersebut, dan seringkali pula mengandung unsur-unsur spiritual di
dalamnya. Walaupun demikian, pemikiran dasar mengenai atom dapat diterima oleh
para ilmuwan ribuan tahun kemudian, karena ia secara elegan dapat menjelaskan
penemuan-penemuan baru pada bidang kimia
Rujukan paling awal
mengenai konsep atom dapat ditilik kembali kepada zaman India kuno pada tahun 800
sebelum masehi, yang dijelaskan dalam naskah filsafat Jainisme sebagaianu dan paramanu. Aliran
mazhab Nyaya dan Vaisesika mengembangkan teori
yang menjelaskan bagaimana atom-atom bergabung menjadi benda-benda yang lebih
kompleks.Satu abad kemudian muncul rujukan mengenai atom di dunia Barat
oleh Leukippos, yang kemudian oleh
muridnya Demokritos pandangan tersebut
disistematiskan. Kira-kira pada tahun 450 SM, Demokritos menciptakan
istilah átomos (bahasa Yunani: ἄτομος), yang berarti "tidak dapat dipotong" ataupun
"tidak dapat dibagi-bagi lagi". Teori Demokritos mengenai atom
bukanlah usaha untuk menjabarkan suatu fenomena fisis secara rinci, melainkan
suatu filosofi yang mencoba untuk memberikan jawaban atas perubahan-perubahan
yang terjadi pada alam.Filosofi serupa juga
terjadi di India, namun demikian ilmu pengetahuan modern memutuskan untuk
menggunakan istilah "atom" yang dicetuskan oleh Demokritos.
Kemajuan lebih jauh pada
pemahaman mengenai atom dimulai dengan berkembangnya ilmu kimia. Pada tahun 1661, Robert Boyle mempublikasikan
buku The Sceptical Chymist yang berargumen bahwa
materi-materi di dunia ini terdiri dari berbagai kombinasi "corpuscules",
yaitu atom-atom yang berbeda. Hal ini berbeda dengan pandangan klasik yang
berpendapat bahwa materi terdiri dari unsur-unsur udara, tanah, api, dan air. Pada
tahun 1789, istilah element (unsur) didefinisikan oleh
seorang bangsawan dan peneliti Perancis, Antoine
Lavoisier,
sebagai bahan dasar yang tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi dengan
menggunakan metode-metode kimia.Pada tahun 1803, John Dalton menggunakan konsep
atom untuk menjelaskan mengapa unsur-unsur selalu bereaksi dalam perbandingan
yang bulat dan tetap, serta mengapa gas-gas tertentu lebih larut dalam air
dibandingkan dengan gas-gas lainnya. Ia mengajukan pendapat bahwa setiap unsur
mengandung atom-atom tunggal unik, dan atom-atom tersebut selanjutnya dapat
bergabung untuk membentuk senyawa-senyawa kimia.
Teori partikel ini kemudian
dikonfirmasikan lebih jauh lagi pada tahun 1827, yaitu ketika botaniwan Robert Brown menggunakan mikroskopuntuk mengamati debu-debu
yang mengambang di atas air dan menemukan bahwa debu-debu tersebut bergerak
secara acak. Fenomena ini kemudian dikenal sebagai "Gerak Brown". Pada tahun 1877, J.
Desaulx mengajukan pendapat bahwa fenomena ini disebabkan oleh gerak termal
molekul air, dan pada tahun 1905 Albert Einstein membuat analisis
matematika terhadap gerak ini.Fisikawan Perancis Jean Perrin kemudian menggunakan
hasil kerja Einstein untuk menentukan massa dan dimensi atom secara eksperimen,
yang kemudian dengan pasti menjadi verifikasi atas teori atom Dalton.
Berdasarkan hasil
penelitiannya terhadap sinar katode, pada tahun 1897 J. J. Thomson menemukan elektron
dan sifat-sifat subatomiknya. Hal ini meruntuhkan konsep atom sebagai satuan
yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Thomson percaya bahwa elektron-elektron
terdistribusi secara merata di seluruh atom, dan muatan-muatannya diseimbangkan
oleh keberadaan lautan muatan positif (model puding
prem).
Namun pada tahun 1909, para
peneliti di bawah arahan Ernest
Rutherford menembakkan
ion helium ke lembaran tipis emas, dan menemukan bahwa sebagian kecil ion
tersebut dipantulkan dengan sudut pantulan yang lebih tajam dari yang apa yang
diprediksikan oleh teori Thomson. Rutherford kemudian mengajukan pendapat bahwa
muatan positif suatu atom dan kebanyakan massanya terkonsentrasi pada inti
atom, dengan elektron yang mengitari inti atom seperti planet mengitari
matahari. Muatan positif ion helium yang melewati inti padat ini haruslah
dipantulkan dengan sudut pantulan yang lebih tajam. Pada tahun 1913, ketika
bereksperimen dengan hasil proses peluruhan radioaktif,Frederick Soddy menemukan bahwa
terdapat lebih dari satu jenis atom pada setiap posisi tabel periodik Istilah isotop kemudian diciptakan
oleh Margaret Todd sebagai nama yang
tepat untuk atom-atom yang berbeda namun merupakan satu unsur yang sama. J.J.
Thomson selanjutnya menemukan teknik untuk memisahkan jenis-jenis atom tersebut
melalui hasil kerjanya pada gas yang terionisasi.
Model atom
hidrogen Bohr yang
menunjukkan loncatan elektron antara orbit-orbit tetap dan memancarkan
energi foton dengan frekuensi tertentu.
Sementara itu, pada tahun
1913 fisikawan Niels Bohr mengkaji ulang model
atom Rutherford dan mengajukan pendapat bahwa elektron-elektron terletak pada
orbit-orbit yang terkuantisasi serta dapat meloncat dari satu orbit ke orbit
lainnya, meskipun demikian tidak dapat dengan bebas berputar spiral ke dalam
maupun keluar dalam keadaan transisi. Suatu elektron haruslah
menyerap ataupun memancarkan sejumlah energi tertentu untuk dapat melakukan
transisi antara orbit-orbit yang tetap ini. Apabila cahaya dari materi yang
dipanaskan memancar melalui prisma, ia menghasilkan suatu spektrum multiwarna.
Penampakan garis-garis spektrum tertentu ini berhasil dijelaskan oleh teori
transisi orbital ini.
Ikatan kimia antar atom kemudian
pada tahun 1916 dijelaskan oleh Gilbert Newton Lewis sebagai interaksi
antara elektron-elektron atom tersebut. Atas adanya keteraturan
sifat-sifat kimiawi dalam tabel periode kimia, kimiawan Amerika Irving Langmuir tahun 1919
berpendapat bahwa hal ini dapat dijelaskan apabila elektron-elektron pada
sebuah atom saling berhubungan atau berkumpul dalam bentuk-bentuk tertentu.
Sekelompok elektron diperkirakan menduduki satu set kelopak elektron di sekitar inti atom.
Percobaan Stern-Gerlach pada tahun 1922
memberikan bukti lebih jauh mengenai sifat-sifat kuantum atom. Ketika seberkas
atom perak ditembakkan melalui medan magnet, berkas tersebut terpisah-pisah
sesuai dengan arah momentum sudut atom (spin). Oleh karena arah spin
adalah acak, berkas ini diharapkan menyebar menjadi satu garis. Namun pada
kenyataannya berkas ini terbagi menjadi dua bagian, tergantung dari apakah spin
atom tersebut berorientasi ke atas ataupun ke bawah.
Pada tahun 1926, dengan
menggunakan pemikiran Louis de Broglie bahwa partikel
berperilaku seperti gelombang, Erwin Schrödinger mengembangkan suatu model atom
matematis yang menggambarkan elektron sebagai gelombang tiga dimensi daripada
sebagai titik-titik partikel. Konsekuensi penggunaan bentuk gelombang untuk
menjelaskan elektron ini adalah bahwa adalah tidak mungkin untuk secara
matematis menghitung posisi dan momentum partikel secara
bersamaan. Hal ini kemudian dikenal sebagai prinsip ketidakpastian, yang dirumuskan
oleh Werner
Heisenberg pada
1926. Menurut konsep ini, untuk setiap pengukuran suatu posisi, seseorang hanya
bisa mendapatkan kisaran nilai-nilai probabilitas momentum, demikian pula
sebaliknya. Walaupun model ini sulit untuk divisualisasikan, ia dapat dengan
baik menjelaskan sifat-sifat atom yang terpantau yang sebelumnya tidak dapat
dijelaskan oleh teori mana pun. Oleh sebab itu, model atom yang menggambarkan elektron
mengitari inti atom seperti planet mengitari matahari digugurkan dan digantikan
oleh modelorbital atom di sekitar inti di
mana elektron paling berkemungkinan berada.
Perkembangan pada spektrometri massa mengijinkan
dilakukannya pengukuran massa atom secara tepat. Peralatan spektrometer ini
menggunakan magnet untuk membelokkan trayektori berkas ion, dan banyaknya
defleksi ditentukan dengan rasio massa atom terhadap muatannya. Kimiawan Francis William Aston menggunakan peralatan
ini untuk menunjukkan bahwa isotop mempunyai massa yang berbeda. Perbedaan
massa antar isotop ini berupa bilangan bulat, dan ia disebut sebagai kaidah bilangan bulat. Penjelasan pada perbedaan
massa isotop ini berhasil dipecahkan setelah ditemukannya neutron, suatu partikel bermuatan
netral dengan massa yang hampir sama dengan proton, yaitu oleh James Chadwick pada tahun 1932.
Isotop kemudian dijelaskan sebagai unsur dengan jumlah proton yang sama, namun
memiliki jumlah neutron yang berbeda dalam inti atom.
Pada tahun 1950-an,
perkembangan pemercepat partikel dan detektor partikel mengijinkan para
ilmuwan mempelajari dampak-dampak dari atom yang bergerak dengan energi yang
tinggi. Neutron dan proton kemudian diketahui sebagai hadron, yaitu komposit
partikel-partikel kecil yang disebut sebagai kuark. Model-model standar
fisika nuklir kemudian dikembangkan untuk menjelaskan sifat-sifat inti atom
dalam hal interaksi partikel subatom ini.
Sekitar tahun 1985, Steven Chu dkk. di Bell Labs mengembangkan sebuah
teknik untuk menurunkan temperatur atom menggunakan laser. Pada tahun yang sama,
sekelompok ilmuwan yang diketuai oleh William D. Phillips berhasil memerangkap
atom natrium dalam perangkap magnet. Claude Cohen-Tannoudji kemudian menggabungkan
kedua teknik tersebut untuk mendinginkan sejumlah kecil atom sampai
beberapa mikrokelvin. Hal ini mengijinkan
ilmuwan mempelajari atom dengan presisi yang sangat tinggi, yang pada akhirnya
membawa para ilmuwan menemukan kondensasi Bose-Einstein.
Dalam sejarahnya, sebuah
atom tunggal sangatlah kecil untuk digunakan dalam aplikasi ilmiah. Namun
baru-baru ini, berbagai peranti yang menggunakan sebuah atom tunggal logam yang
dihubungkan dengan ligan-ligan organik (transistor elektron tunggal) telah
dibuat. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk memerangkap dan
memperlambat laju atom menggunakan pendinginan
laser untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai sifat-sifat atom.
A.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang
yang telah di uraikan dapat di rumuskan suatu permasalahan yaitu:
1.menjelaskan perkembangan teori atom
2.model-model atom
3.kelebihan dan kekurangan masing-masing atom
B.
TUJUAN
Siswa dapat.menjelaskan
perkembangan teori atom,merumuskan masing-masing postulat serta model-model
atom
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ATOM
Atom adalah suatu satuan dasar materi, yang terdiri atas inti atom serta awan elektron bermuatan negatif
yang mengelilinginya. Inti atom terdiri atas proton yang bermuatan
positif, dan neutron yang bermuatan netral
(kecuali pada inti atomHidrogen-1, yang tidak memiliki
neutron). Elektron-elektron pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya elektromagnetik. Sekumpulan atom demikian
pula dapat berikatan satu sama lainnya, dan membentuk sebuah molekul. Atom yang mengandung
jumlah proton dan elektron yang sama bersifat netral, sedangkan yang mengandung
jumlah proton dan elektron yang berbeda bersifat positif atau negatif dan
disebut sebagai ion. Atom dikelompokkan
berdasarkan jumlah proton dan neutron yang terdapat pada inti atom tersebut.
Jumlah proton pada atom menentukan unsur kimia atom tersebut, dan
jumlah neutron menentukan isotop unsur tersebut.
Istilah atom berasal
dari Bahasa Yunani (ἄτομος/átomos,
α-τεμνω), yang berarti tidak dapat dipotong ataupun sesuatu yang tidak dapat
dibagi-bagi lagi. Konsep atom sebagai komponen yang tak dapat dibagi-bagi lagi
pertama kali diajukan oleh para filsuf India dan Yunani. Pada abad ke-17 dan
ke-18, para kimiawan meletakkan
dasar-dasar pemikiran ini dengan menunjukkan bahwa zat-zat tertentu tidak dapat
dibagi-bagi lebih jauh lagi menggunakan metode-metode kimia. Selama akhir abad
ke-19 dan awal abad ke-20, para fisikawan berhasil menemukan
struktur dan komponen-komponen subatom di dalam atom, membuktikan bahwa 'atom'
tidaklah tak dapat dibagi-bagi lagi. Prinsip-prinsip mekanika kuantum yang digunakan para
fisikawan kemudian berhasil memodelkan atom.
Dalam pengamatan
sehari-hari, secara relatif atom dianggap sebuah objek yang sangat kecil yang
memiliki massa yang secara proporsional kecil pula. Atom hanya dapat dipantau
dengan menggunakan peralatan khusus seperti mikroskop gaya atom. Lebih dari 99,9% massa
atom berpusat pada inti atom, dengan proton dan
neutron yang bermassa hampir sama. Setiap unsur paling tidak memiliki satu
isotop dengan inti yang tidak stabil, yang dapat mengalami peluruhan radioaktif. Hal ini dapat
mengakibatkan transmutasi, yang mengubah jumlah proton dan neutron
pada inti.Elektron yang terikat
pada atom mengandung sejumlah aras energi, ataupun orbital, yang stabil dan dapat
mengalami transisi di antara aras tersebut dengan menyerap ataupun
memancarkan foton yang sesuai dengan
perbedaan energi antara aras. Elektron pada atom menentukan sifat-sifat kimiawi
sebuah unsur, dan memengaruhi sifat-sifat magnetis atom tersebut.
B.
Sejarah Atom
Konsep bahwa materi terdiri
dari satuan-satuan terpisah yang tidak dapat dibagi lagi menjadi satuan yang
lebih kecil telah ada selama satu milenium. Namun, pemikiran tersebut
masihlah bersifat abstrak dan filosofis, daripada berdasarkan pengamatan empiris dan eksperimen. Secara filosofis,
deskripsi sifat-sifat atom bervariasi tergantung pada budaya dan aliran
filosofi tersebut, dan seringkali pula mengandung unsur-unsur spiritual di
dalamnya. Walaupun demikian, pemikiran dasar mengenai atom dapat diterima oleh
para ilmuwan ribuan tahun kemudian, karena ia secara elegan dapat menjelaskan
penemuan-penemuan baru pada bidang kimia.
Rujukan paling awal
mengenai konsep atom dapat ditilik kembali kepada zaman India kuno pada tahun 800
sebelum masehi,yang dijelaskan dalam
naskah filsafat Jainisme sebagaianu dan paramanu. Aliran mazhab Nyaya dan Vaisesika mengembangkan teori
yang menjelaskan bagaimana atom-atom bergabung menjadi benda-benda yang lebih
kompleks.Satu abad kemudian muncul
rujukan mengenai atom di dunia Barat oleh Leukippos, yang kemudian oleh
muridnya Demokritos pandangan tersebut
disistematiskan. Kira-kira pada tahun 450 SM, Demokritos menciptakan
istilah átomos (bahasa Yunani: ἄτομος), yang berarti "tidak dapat dipotong" ataupun
"tidak dapat dibagi-bagi lagi". Teori Demokritos mengenai atom
bukanlah usaha untuk menjabarkan suatu fenomena fisis secara rinci, melainkan
suatu filosofi yang mencoba untuk memberikan jawaban atas perubahan-perubahan
yang terjadi pada alam.Filosofi serupa juga
terjadi di India, namun demikian ilmu pengetahuan modern memutuskan untuk
menggunakan istilah "atom" yang dicetuskan oleh Demokritos.
Kemajuan lebih jauh pada
pemahaman mengenai atom dimulai dengan berkembangnya ilmu kimia. Pada tahun 1661, Robert Boyle mempublikasikan
buku The Sceptical Chymist yang berargumen bahwa
materi-materi di dunia ini terdiri dari berbagai kombinasi "corpuscules",
yaitu atom-atom yang berbeda. Hal ini berbeda dengan pandangan klasik yang
berpendapat bahwa materi terdiri dari unsur-unsur udara, tanah, api, dan air.Pada tahun 1789,
istilah element (unsur) didefinisikan oleh seorang
bangsawan dan peneliti Perancis, Antoine
Lavoisier,
sebagai bahan dasar yang tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi dengan
menggunakan metode-metode kimia.Pada tahun 1803, John Dalton menggunakan konsep
atom untuk menjelaskan mengapa unsur-unsur selalu bereaksi dalam perbandingan
yang bulat dan tetap, serta mengapa gas-gas tertentu lebih larut dalam air
dibandingkan dengan gas-gas lainnya. Ia mengajukan pendapat bahwa setiap unsur
mengandung atom-atom tunggal unik, dan atom-atom tersebut selanjutnya dapat
bergabung untuk membentuk senyawa-senyawa kimia.
Teori partikel ini kemudian
dikonfirmasikan lebih jauh lagi pada tahun 1827, yaitu ketika botaniwan Robert Brown menggunakan mikroskop untuk mengamati debu-debu
yang mengambang di atas air dan menemukan bahwa debu-debu tersebut bergerak
secara acak. Fenomena ini kemudian dikenal sebagai "Gerak Brown". Pada tahun 1877, J.
Desaulx mengajukan pendapat bahwa fenomena ini disebabkan oleh gerak termal
molekul air, dan pada tahun 1905 Albert Einstein membuat analisis
matematika terhadap gerak ini.Fisikawan
Perancis Jean Perrin kemudian menggunakan
hasil kerja Einstein untuk menentukan massa dan dimensi atom secara eksperimen,
yang kemudian dengan pasti menjadi verifikasi atas teori atom Dalton.
Berdasarkan hasil penelitiannya
terhadap sinar katode, pada tahun 1897 J. J. Thomson menemukan elektron
dan sifat-sifat subatomiknya. Hal ini meruntuhkan konsep atom sebagai satuan
yang tidak dapat dibagi-bagi lagi.Thomson percaya bahwa
elektron-elektron terdistribusi secara merata di seluruh atom, dan muatan-muatannya
diseimbangkan oleh keberadaan lautan muatan positif (model puding
prem).
Namun
pada tahun 1909, para peneliti di bawah arahan Ernest
Rutherford menembakkan ion helium ke lembaran tipis
emas, dan menemukan bahwa sebagian kecil ion tersebut dipantulkan dengan sudut
pantulan yang lebih tajam dari yang apa yang diprediksikan oleh teori Thomson.
Rutherford kemudian mengajukan pendapat bahwa muatan positif suatu atom dan
kebanyakan massanya terkonsentrasi pada inti atom, dengan elektron yang
mengitari inti atom seperti planet mengitari matahari. Muatan positif ion
helium yang melewati inti padat ini haruslah dipantulkan dengan sudut pantulan
yang lebih tajam. Pada tahun 1913, ketika bereksperimen dengan hasil
proses peluruhan radioaktif,Frederick
Soddy menemukan bahwa terdapat lebih dari satu
jenis atom pada setiap posisi tabel periodik Istilah isotop kemudian
diciptakan oleh Margaret
Todd sebagai nama yang tepat untuk atom-atom
yang berbeda namun merupakan satu unsur yang sama. J.J. Thomson selanjutnya menemukan teknik untuk memisahkan jenis-jenis atom tersebut melalui hasil kerjanya pada gas yang terionisasi
Model atom
hidrogen Bohr yang
menunjukkan loncatan elektron antara orbit-orbit tetap dan memancarkan
energi foton dengan frekuensi
tertentu.
Sementara itu, pada tahun 1913
fisikawan Niels Bohr mengkaji ulang model
atom Rutherford dan mengajukan pendapat bahwa elektron-elektron terletak pada
orbit-orbit yang terkuantisasi serta dapat meloncat dari satu orbit ke orbit
lainnya, meskipun demikian tidak dapat dengan bebas berputar spiral ke dalam
maupun keluar dalam keadaan transisi.Suatu elektron
haruslah menyerap ataupun memancarkan sejumlah energi tertentu untuk dapat
melakukan transisi antara orbit-orbit yang tetap ini. Apabila cahaya dari materi yang
dipanaskan memancar melalui prisma, ia menghasilkan suatu spektrum multiwarna.
Penampakan garis-garis spektrum tertentu ini berhasil dijelaskan oleh teori
transisi orbital ini.
Ikatan kimia antar atom kemudian
pada tahun 1916 dijelaskan oleh Gilbert Newton Lewis sebagai interaksi
antara elektron-elektron atom tersebut. Atas adanya
keteraturan sifat-sifat kimiawi dalam tabel periode kimia, kimiawan Amerika Irving Langmuir tahun 1919
berpendapat bahwa hal ini dapat dijelaskan apabila elektron-elektron pada
sebuah atom saling berhubungan atau berkumpul dalam bentuk-bentuk tertentu.
Sekelompok elektron diperkirakan menduduki satu set kelopak elektron di sekitar inti atom.
Percobaan Stern-Gerlach pada tahun 1922
memberikan bukti lebih jauh mengenai sifat-sifat kuantum atom. Ketika seberkas
atom perak ditembakkan melalui medan magnet, berkas tersebut terpisah-pisah
sesuai dengan arah momentum sudut atom (spin). Oleh karena arah spin
adalah acak, berkas ini diharapkan menyebar menjadi satu garis. Namun pada
kenyataannya berkas ini terbagi menjadi dua bagian, tergantung dari apakah spin
atom tersebut berorientasi ke atas ataupun ke bawah.
Pada tahun 1926, dengan
menggunakan pemikiran Louis de Broglie bahwa partikel
berperilaku seperti gelombang, Erwin Schrödinger mengembangkan suatu model atom
matematis yang menggambarkan elektron sebagai gelombang tiga dimensi daripada
sebagai titik-titik partikel. Konsekuensi penggunaan bentuk gelombang untuk
menjelaskan elektron ini adalah bahwa adalah tidak mungkin untuk secara
matematis menghitung posisi dan momentum partikel secara
bersamaan. Hal ini kemudian dikenal sebagai prinsip ketidakpastian, yang dirumuskan
oleh Werner
Heisenberg pada
1926. Menurut konsep ini, untuk setiap pengukuran suatu posisi, seseorang hanya
bisa mendapatkan kisaran nilai-nilai probabilitas momentum, demikian pula
sebaliknya. Walaupun model ini sulit untuk divisualisasikan, ia dapat dengan
baik menjelaskan sifat-sifat atom yang terpantau yang sebelumnya tidak dapat
dijelaskan oleh teori mana pun. Oleh sebab itu, model atom yang menggambarkan
elektron mengitari inti atom seperti planet mengitari matahari digugurkan dan
digantikan oleh modelorbital atom di sekitar inti di
mana elektron paling berkemungkinan berada.
Perkembangan pada spektrometri massa mengijinkan
dilakukannya pengukuran massa atom secara tepat. Peralatan spektrometer ini
menggunakan magnet untuk membelokkan trayektori berkas ion, dan banyaknya
defleksi ditentukan dengan rasio massa atom terhadap muatannya. Kimiawan Francis William Aston menggunakan peralatan
ini untuk menunjukkan bahwa isotop mempunyai massa yang berbeda. Perbedaan
massa antar isotop ini berupa bilangan bulat, dan ia disebut sebagai kaidah bilangan bulat. Penjelasan pada perbedaan
massa isotop ini berhasil dipecahkan setelah ditemukannya neutron, suatu partikel bermuatan
netral dengan massa yang hampir sama dengan proton, yaitu oleh James Chadwick pada tahun 1932.
Isotop kemudian dijelaskan sebagai unsur dengan jumlah proton yang sama, namun
memiliki jumlah neutron yang berbeda dalam inti atom.
Pada tahun 1950-an,
perkembangan pemercepat partikel dan detektor
partikel mengijinkan
para ilmuwan mempelajari dampak-dampak dari atom yang bergerak dengan energi
yang tinggi. Neutron dan proton kemudian diketahui sebagai hadron, yaitu komposit
partikel-partikel kecil yang disebut sebagai kuark. Model-model standar
fisika nuklir kemudian dikembangkan untuk menjelaskan sifat-sifat inti atom
dalam hal interaksi partikel subatom ini.
Sekitar tahun 1985, Steven Chu dkk. di Bell Labs mengembangkan sebuah
teknik untuk menurunkan temperatur atom menggunakan laser. Pada tahun yang sama,
sekelompok ilmuwan yang diketuai oleh William D. Phillips berhasil memerangkap
atom natrium dalam perangkap magnet. Claude Cohen-Tannoudji kemudian
menggabungkan kedua teknik tersebut untuk mendinginkan sejumlah kecil atom
sampai beberapa mikrokelvin. Hal ini mengijinkan
ilmuwan mempelajari atom dengan presisi yang sangat tinggi, yang pada akhirnya
membawa para ilmuwan menemukan kondensasi Bose-Einstein.
Dalam sejarahnya, sebuah
atom tunggal sangatlah kecil untuk digunakan dalam aplikasi ilmiah. Namun
baru-baru ini, berbagai peranti yang menggunakan sebuah atom tunggal logam yang
dihubungkan dengan ligan-ligan organik (transistor elektron tunggal) telah
dibuat. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk memerangkap dan
memperlambat laju atom menggunakan pendinginan
laser untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai sifat-sifat atom.
1.
StrukturAtom
Struktur
atom merupakan
satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan
negatif yang mengelilinginya.Inti atom mengandung campuran
proton yang bermuatan positif dan neutron yang bermuatan netral (terkecuali
pada Hidrogen-1 yang tidak memiliki neutron). Elektron-elektron pada sebuah
atom terikat pada inti atom oleh gaya elektromagnetik. Demikian pula sekumpulan
atom dapat berikatan satu sama lainnya membentuk sebuah molekul. Atom yang
mengandung jumlah proton dan elektron yang sama bersifat netral, sedangkan yang
mengandung jumlah proton dan elektron yang berbeda bersifat positif atau
negatif dan merupakan ion. Atom dikelompokkan berdasarkan jumlah proton dan
neutron pada inti
atom tersebut. Jumlah proton pada atom menentukan unsur kimia atom tersebut,
dan jumlah neutron menentukan isotop unsur tersebut.
Istilah atom
berasal dari Bahasa Yunani, yang berarti tidak dapat dipotong ataupun sesuatu
yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Konsep atom sebagai komponen yang tak dapat
dibagi-bagi lagi pertama kali diajukan oleh para filsuf India dan Yunani. Pada
abad ke-17 dan ke-18, para kimiawan meletakkan dasar-dasar pemikiran ini dengan
menunjukkan bahwa zat-zat tertentu tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi
menggunakan metode-metode kimia. Selama akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20,
para fisikawan berhasil menemukan struktur dan komponen-komponen subatom di
dalam atom, membuktikan bahwa 'atom' tidaklah tak dapat dibagi-bagi lagi. Prinsip-prinsip mekanika
kuantum yang
digunakan para fisikawan kemudian berhasil memodelkan atom.
Relatif terhadap
pengamatan sehari-hari, atom merupakan objek yang sangat kecil dengan massa
yang sama kecilnya pula. Atom hanya dapat dipantau menggunakan peralatan khusus
seperti mikroskop penerowongan payaran. Lebih dari 99,9% massa atom berpusat
pada inti atom, dengan proton dan neutron yang bermassa hampir sama. Setiap
unsur paling tidak memiliki satu isotop dengan inti yang tidak stabil yang
dapat mengalami peluruhan radioaktif. Hal ini dapat
mengakibatkan transmutasi yang mengubah jumlah proton dan neutron pada inti. Elektron
yang terikat pada atom mengandung sejumlah aras energi, ataupun orbital, yang
stabil dan dapat mengalami transisi di antara aras tersebut dengan menyerap
ataupun memancarkan foton yang sesuai dengan perbedaan energi antara aras.
Elektron pada atom menentukan sifat-sifat kimiawi sebuah unsur dan memengaruhi
sifat-sifat magnetis atom tersebut. Perkembangan pemahaman
struktur atom sejalan dengan awalperkembangan ilmu Kimia modern. Ilmuwan
pertama yang membangunmodel (struktur) atom adalah John Dalton, kemudian
disempurnakansecara bertahap oleh J.J. Thomson, Rutherford, dan Niels Bohr.
A.
Perkembangan Model Atom
Seorang filsuf Yunani yang
bernama Democritus berpendapat bahwa
jika suatu benda dibelah terus menerus, maka pada saat tertentu akan didapat
akan didapat bagian yang tidak dapat dibelah lagi. Bagian seperti ini oleh
Democritus disebut atom. Istilah atom berasal dari bahasa yunani “a” yang artinya tidak,
sedangkan “tomos” yang artinya dibagi.
Jadi, atom artinya tidak dapat dibagi lagi. Pengertian ini kemudian
disempurnakan menjadi, atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur yang tidak
dapat dibelah lagi namun namun masih memiliki sifat kimia dan sifat fisika
benda asalnya.
Atom dilambangkan
dengan ZXA, dimana A = nomor massa (menunjukkan massa
atom, merupakan jumlah proton dan neutron), Z = nomor atom (menunjukkan jumlah
elektron atau proton). Proton bermuatan positif, neutron tidak bermuatan
(netral), dan elektron bermuatan negatif. Massa proton = massa neutron = 1.800
kali massa elektron. Atom-atom yang memiliki nomor atom sama dan nomor massa
berbeda disebut isotop, atom-atom yang memiliki nomor massa sama dan nomor atom
berbeda dinamakan isobar, atom-atom yang memiliiki jumlah neutron yang sama
dinamakan isoton.
1. Teori Atom John Dalton
Pada tahun 1803, John Dalton mengemukakan mengemukakan pendapatnaya tentang atom. Teori atom Dalton didasarkan pada dua hukum, yaitu hukum kekekalan massa (hukum Lavoisier) dan hukum susunan tetap (hukum prouts). Lavosier mennyatakan bahwa “Massa total zat-zat sebelum reaksi akan selalu sama dengan massa total zat-zat hasil reaksi”. Sedangkan Prouts menyatakan bahwa “Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa selalu tetap”. Dari kedua hukum tersebut Dalton mengemukakan pendapatnya tentang atom sebagai berikut:
- Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi
- Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki atom-atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda
- Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen
- Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali dari atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
Kelemahan:
Teori dalton tidak menerangkan hubungan antara larutan senyawa dan daya hantar arus listrik.
2. Teori Atom J. J. Thomson
Berdasarkan penemuan tabung katode yang lebih baik oleh William Crookers, maka J.J. Thomson meneliti lebih lanjut tentang sinar katode dan dapat dipastikan bahwa sinar katode merupakan partikel, sebab dapat memutar baling-baling yang diletakkan diantara katode dan anode. Dari hasil percobaan ini, Thomson menyatakan bahwa sinar katode merupakan partikel penyusun atom (partikel subatom) yang bermuatan negatif dan selanjutnya disebut elektron.
Atom merupakan partikel yang bersifat netral, oleh karena elektron bermuatan negatif, maka harus ada partikel lain yang bermuatan positifuntuk menetrallkan muatan negatif elektron tersebut. Dari penemuannya tersebut, Thomson memperbaiki kelemahan dari teori atom dalton dan mengemukakan teori atomnya yang dikenal sebagai Teori Atom Thomson. Yang menyatakan bahwa:
“Atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan didalamya tersebar muatan negatif elektron”
Model atomini dapat digambarkan sebagai jambu biji yang sudah dikelupas kulitnya. biji jambu menggambarkan elektron yang tersebar marata dalam bola daging jambu yang pejal, yang pada model atom Thomson dianalogikan sebagai bola positif yang pejal. Model atom Thomson dapat digambarkan sebagai berikut:
Kelemahan:
Kelemahan model atom Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan negatif dalam bola atom tersebut.
3. Teori Atom Rutherford
Rutherford bersama dua orang muridnya (Hans Geigerdan Erners Masreden) melakukan percobaan yang dikenal dengan hamburan sinar alfa (λ) terhadap lempeng tipis emas. Sebelumya telah ditemukan adanya partikel alfa, yaitu partikel yang bermuatan positif dan bergerak lurus, berdaya tembus besar sehingga dapat menembus lembaran tipis kertas. Percobaan tersebut sebenarnya bertujuan untuk menguji pendapat Thomson, yakni apakah atom itu betul-betul merupakan bola pejal yang positif yang bila dikenai partikel alfa akan dipantulkan atau dibelokkan. Dari pengamatan mereka, didapatkan fakta bahwa apabila partikel alfa ditembakkan pada lempeng emas yang sangat tipis, maka sebagian besar partikel alfa diteruskan (ada penyimpangan sudut kurang dari 1°), tetapi dari pengamatan Marsden diperoleh fakta bahwa satu diantara 20.000 partikel alfa akan membelok sudut 90° bahkan lebih.
Berdasarkan gejala-gejala yang terjadi, diperoleh beberapa kesipulan beberapa berikut:
- Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel alfa diteruskan
- Jika lempeng emas tersebut dianggap sebagai satu lapisanatom-atom emas, maka didalam atom emas terdapat partikel yang sangat kecil yang bermuatan positif.
- Partikel tersebut merupakan partikelyang menyusun suatu inti atom, berdasarkan fakta bahwa 1 dari 20.000 partikel alfa akan dibelokkan. Bila perbandingan 1:20.000 merupakan perbandingan diameter, maka didapatkan ukuran inti atom kira-kira 10.000 lebih kecil daripada ukuran atom keseluruhan.
Model atom Rutherford dapat digambarkan sebagai beriukut:
Kelemahan:
Tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom.
4. Teori Atom Bohr
ada tahun 1913, pakar fisika Denmark bernama Neils Bohr memperbaiki kegagalan atom Rutherford melalui percobaannya tentang spektrum atom hidrogen. Percobaannya ini berhasil memberikan gambaran keadaan elektron dalam menempati daerah disekitar inti atom. Penjelasan Bohr tentang atom hidrogen melibatkan gabungan antara teori klasik dari Rutherford dan teori kuantum dari Planck, diungkapkan dengan empat postulat, sebagai berikut:
- Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang diperbolehkan bagi satu elektron dalam atom hidrogen. Orbit ini dikenal sebagai keadaan gerak stasioner (menetap) elektron dan merupakan lintasan melingkar disekeliling inti.
- Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi elektron tetap sehingga tidak ada energi dalam bentuk radiasi yang dipancarkan maupun diserap.
- Elektron hanya dapat berpindah dari satu lintasan stasioner ke lintasan stasioner lain. Pada peralihan ini, sejumlah energi tertentu terlibat, besarnya sesuai dengan persamaan planck, ΔE = hv.
- Lintasan stasioner yang dibolehkan memilki besaran dengan sifat-sifat tertentu, terutama sifat yang disebut momentum sudut. Besarnya momentum sudut merupakan kelipatan dari h/2∏ atau nh/2∏, dengan n adalah bilangan bulat dan h tetapan planck.
Menurut model atom bohr, elektron-elektron mengelilingi inti pada lintasan-lintasan tertentu yang disebut kulit elektron atau tingkat energi.
Tingkat energi paling rendah adalah kulit elektron yang terletak paling
dalam, semakin keluar semakin besar nomor kulitnya dan semakin tinggi
tingkat energinya.
Kelemahan:
Model atom ini tidak bisa menjelaskan spektrum warna dari atom berelektron banyak.
5. Teori Atom Modern
Model atom mekanika kuantum dikembangkan oleh Erwin Schrodinger (1926).Sebelum
Erwin Schrodinger, seorang ahli dari Jerman Werner Heisenberg
mengembangkan teori mekanika kuantum yang dikenal dengan prinsip
ketidakpastian yaitu “Tidak mungkin dapat ditentukan kedudukan dan
momentum suatu benda secara seksama pada saat bersamaan, yang dapat
ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron pada jarak tertentu
dari inti atom”.
Daerah ruang di sekitar inti dengan kebolehjadian
untuk mendapatkan elektron disebut orbital. Bentuk dan tingkat energi
orbital dirumuskan oleh Erwin Schrodinger.Erwin Schrodinger memecahkan
suatu persamaan untuk mendapatkan fungsi gelombang untuk menggambarkan
batas kemungkinan ditemukannya elektron dalam tiga dimensi.
Persamaan Schrodinger
x,y dan z Y m ђ E V |
= Posisi dalam tiga dimensi = Fungsi gelombang = massa = h/2p dimana h = konstanta plank dan p = 3,14 = Energi total = Energi potensial |
Model atom dengan orbital lintasan elektron ini
disebut model atom modern atau model atom mekanika kuantum yang berlaku
sampai saat ini, seperti terlihat pada gambar berikut ini.
Awan elektron disekitar inti menunjukan tempat
kebolehjadian elektron. Orbital menggambarkan tingkat energi elektron.
Orbital-orbital dengan tingkat energi yang sama atau hampir sama akan
membentuk sub kulit. Beberapa sub kulit bergabung membentuk kulit.Dengan
demikian kulit terdiri dari beberapa sub kulit dan subkulit terdiri
dari beberapa orbital. Walaupun posisi kulitnya sama tetapi posisi
orbitalnya belum tentu sama.
Ciri khas model atom mekanika gelombang
-
Gerakan elektron memiliki sifat gelombang, sehingga lintasannya (orbitnya) tidak stasioner seperti model Bohr, tetapi mengikuti penyelesaian kuadrat fungsi gelombang yang disebut orbital (bentuk tiga dimensi darikebolehjadian paling besar ditemukannya elektron dengan keadaan tertentu dalam suatu atom)
-
Bentuk dan ukuran orbital bergantung pada harga dari ketiga bilangan kuantumnya. (Elektron yang menempati orbital dinyatakan dalam bilangan kuantum tersebut)
-
Posisi elektron sejauh 0,529 Amstrong dari inti H menurut Bohr bukannya sesuatu yang pasti, tetapi bolehjadi merupakan peluang terbesar ditemukannya elektron.
0 komentar:
Posting Komentar